Kamis, 25 Oktober 2012

Bhuana Agung dan Bhuana Alit


A.       Bhuana Agung
1.      Pengertian Bhuana Agung
Bhuana Agung terdiri dari kata bhuana yang berarti dunia, jagat, benua sedangkan agung artinya besar, mulia, luhur. Jadi,  bhuana agung dapat berarti alam raya. Semua yang ada di alam seesta ini termasuk gugusan bintang, matahari, planet, bumi dengan segala isinya ini yang disebut bhuana agung. Istilah lainnya adalah jagat raya, makrokosmos, atau brahmanda.
Di bhuwana agung ada yang disebut “sapta nadi” yaitu tujuh sungai yang dianggap suci di India. Ketujuh sungai itu adalah : sungai Gangga, sungai Sindu, sungai Saraswati, sungai Wipaca, sungai Kocika, sungai Yamuna dan sungai Serayu seperti yang disebutkan di dalam Wedhasanggraha di Bali, sebagai tempat untuk menyucikan diri dan melebur serta membuang kecemaran (leteh).
Pancagiri di India yaitu : gunung Maliawan arahnya di timur, gunung Gandhamedhana arahnya di selatan, gunung Kailaca arahnya di barat, gunung Udaya arahnya di utara, gunung Mahameru arahnya di tengah.
Pancagiri di Bali yaitu : gunung Lempuyang arahnya di timur, gunung Andhakasa arahnya di selatan, gunung Watukaru arahnya di barat, gunung Bratan arahnya utara, gunung Agung arahnya tengah.
2.      Unsur – unsur
Dapat dinyatakan bahwa terciptanya alam semesta ini terdiri atas berbagai macam unsur. Di antara unsur – unsur tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Sang Hyang Widhi “Brahman, Bhatara Siwa, Rudra”
b.      Tapa (pemusatan tenaga)
c.       Sang Purusa (Brahma)
d.      Awyakta (Wisnu)
e.       Tri Antah Karana yang terdiri dari :
·         Manah (Alam pikiran)
·         Budhi (yang bersifat sattwa)
·         Ahamkara (yang bersifat rajah)
f.       Panca Tanmatra
g.       Panca Maha Bhuta

3.      Proses Terciptanya Bhuana Agung
Kita tidak dapat mengetahui secara pasti kapan alam semesta ini tercipta. Namun menurut penafsiran para ahli, alam ini dulu pernah tidak ada lalu ada, kemudian akan tidak ada lagi dan demikian seterusnya. Pada saat alam ini mengada disebut masa “srsti atau “brahmadiwa” atau siang hari Brahma.
Tuhan menciptakan alam raya ini secara bertahap dimulai dari tahapan yang sangat halus dan gaib (niskala), berevolusi ke tahap yang semakin kasar atau nyata (sekala). Disebutkan ada dua belas tahapan atau jenjang yang disebut dengan istilah “Tattwa Rwawelas”.

Rudra merupakan asal mula alam semesta ini, beliau berkeadaan sunya (sepi). Dari Rudra muncullah Sang Purusa “Brahma” yang merupakan benih kehidupan bersifat nitya (abadi). Selain sifat Purusa muncul juga Awyakta (Pradhana atau Prakerti) yang bersifat material. Dari Awyakta (Wisnu) muncul Budhi yang bersifat sattwa sebagai asa kesadaran. Dari Budhi muncullah Ahamkara yang bersifat rajas sebagai asas individualis. Dari Ahamkara muncullah yang bersifat tamas yaitu Panca Tan Matra yang kemudian memunculkan Manah yang merupakan asas akal dan pikiran. Dari Manah muncullah Akasa yang bersifat sabda (suara). Dari Akasa muncullah Bayu yang bersifat sabda, sparsa (suara dan rabaan). Dari Bayu muncullah Agni yang bersifat sabda, rupa, rasa (suara, rupa dan rasa). Dari Agni muncullah Apah yang bersifat sabda, sparsa, rupa, rasa (suara, rabaan, rupa dan rasa). Dari Apah muncullah Perthiwi bersifat sabda, sparsa, rupa, rasa, dan gandha (suara, rabaan, rupa, rasa, dan bau) yang merupakan bagian dari Panca Tan Matra. Sedangkan Akasa, Bayu, Teja, Apah dan Perthiwi adalah bagian dari Panca Maha Butha.kedua unsure inilah yang membangun alam semesta.
 Tuhan menciptakan alam semesta berdasarkan Tapa yang memunculkan dua kekuatan yang saling melengkapi yaitu Purusa bersifat kejiwaan dan Prakerti bersifat kebendaan yang memunculkan zat yang sangat halus yaitu Citta yang berpengaruh pada Tri Guna yaitu Satwam bersifat bijaksana Rajas bersifat aktif dan Tamas bersifat gelap. Melalui Prakerti dan Tri Guna maka bergeraklah unsure-unsur yang menjadikan alam semesta seperti Pramanu, Akasa, Kola, dan Dik. Pramanu dan Akasa disebut juga Panca Maha Bhuta. Panca Maha Bhuta kemudian berevolusi terciptalah Brahmanda-Brahmanda dalam jagat raya, salah satu wujud Brahmanda adalah bumi.

Bumi sebagai tempat hidup makhluk hidup yang diciptakan Tuhan meiliki beberapa lapisan, yaitu :
1.      Lapisan menuju ruang jagat raya disebut sapta Loka, diantaranya :
a.       Bhur Loka (alam manusia)
b.      Bhuwah Loka (alam pitara)
c.       Swah Loka (alam dewa)
d.      Maha Loka
e.       Jana Loka
f.       Tapa Loka
g.      Satya Loka (alam Nirguna Brahman)
2.      Lapisan menuju inti bumi (Kalagni Rudra) disebut Sapta Petala. Pada masing – masing lapisan ini terdapat kota – kota yang indah yang dibangun oleh Maya. Di alam ini tinggal para daitya, danaya, dan para naga. Patala luasnya 70.000 yojana, masing – masing bagian tingginya 10.000 yojana. Sapta patala diantaranya :
a.       Atala, disini tinggal Bala, putra terkenal dari Maya. Ia mampu menciptakan 96 jenis magic dan dapat memenuhi apa saja yang diminta kepadanya. Ketika Bala menguap, tiga macam wanita keluar dari mulutnya, Puniscalis (pelacur), Swairini (perempuan penzina), dan Kamini (wanita penuh nafsu birahi). Ketiga wanita itu memiliki pesona yang disebut Hataka untuk menggoda siapa saja yang memasuki wilayah itu.
b.      Vitala
Tempat ini merupakan tempat tinggal Hatakosvara yang tidak lain adalah Paramasiwa. Dewata agung ini diikuti oleh Bhavanidevi dan dikelilingi oleh “pramthagana” (tokoh – tokoh kedewataan yang berkunjung kepadanya).
c.       Sutala
Sutala adalah tempat tinggal Mahabali. Disini hidup Mahabali yang bermeditasi kepada Wisnu yang lebih agung dari Indra.
d.      Talatala
Tempat ini tempat tinggal Maya. Maya adalah guru dari para raksasa ahli magic.
e.       Mahatala
Merupakan tempat tinggal Kadraveya. Mereka memperoleh nama demikian karena semuanya adalah putra – putra Kadru, seekor kobra.
f.       Rasatala
Merupakan tempat tinggal raksasa Nivata Kavaca – Kalakya yang terkenal sangat jahat. Mereka adalah musuh para dewa.
g.      Patala
Merupakan tempat tinggal para naga (ular). 
4.      Proses Pralaya Bhuana Agung
Pada saat alam ini tidak ada Tuhan menarik kembali semua manifestasi beliau di alam kemudian menjadikan diri dalam wujud sepi, kosong dan hampa. Pada kondisi seperti ini beliau disebut Paramasiwa atau Nirguna Brahman.
Ketika alam semesta ini meniada disebut “pralaya” atau “Brahma Nakta” atau malam hari Brahma.Dan peristiwa atau proses terjadinya alam semesta ini berlangsung berjenjang dari yang teramat  gaib (niskala) sampai berwujud (sekala).
Berdasarkan pendekatan agama bahwa alam semesta atau Bhuana Agung ini pada mulanya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang bergelar Rudra.
Gambaran pada waktu terjadinya “pralaya”dapat dilihat dari hancurnya ikatan kesatuan api atau matahari “teja” lalu menyebar ke seluruh ruangan besar yang mengakibatkan udara menjadi panas dan terus membara akibatnya “air” yang ada menjadi menguap dan habis,sehingga mengakibatkan mahluk hidup menjadi mati.
Ketika hancurnya dunia maka segala ruang di jagat raya dipenuhi hawa kemerah-merahan dan hal yang mengerikan dan berlangsung selama “kalpa” alam semesta menjadi kosong. Menurut perhitungan satu kalpa itu kurang lebih 432 tahun yang juga disebut 1 tahun tuhan.Dan Maha kalpa umurnya kurang lebih 311.040.000.000.000 tahun.
5.      Sloka Proses Penciptaan dan Pralaya Bhuana Agung
Penggambaran jagat raya termasuk proses penciptaannya banyak diuraikan dalam beberapa kitab suci Hindu Seperti Brhad Aranyaka Upanisad, Brahmanda Purana, Agastya Parwa dan sebagainya.
Dalam Bhagawadgita BAB VII Sloka 6 di sebutkan :
Etadyonini bhutani
Sarwani ty upadharaya
Aham kritsnasya jagatah
Prabhawah pralayas tatha

Artinya :
Ketahuilah bahwa semua mahkluk
Adanya berasal garba ini
Aku adalah asal mula dan peleburnya
Alam Semesta ini

Maknanya :
Mahkluk Hidup dan Alam Semesta ini adalah berasal dari tuhan, serta leburnya Mahkluk Hidup dan Alam Semesta adalah kehendak Tuhan.

Dalam Bhagawadgita BAB IX Sloka 4 di sebutkan :
Maya tatam idam sarwam
Jagad awyaktamurtina
Matsthani sarwabhutani
Na ca ham tesaw awasthitah
Artinya :
Alam semesta ini diliputi oleh Aku
Dengan wujud Aku yang tak nyata
Semua mahkluk ada padaku
Tetapi aku tidak ada pada mereka
Maknanya :
Alam Semesta dan semua Mahkluk Hidup berada pada Tuhan, tetapi Beliau tidak ada pada Mahkluk Hidup tersebut, dan Tuhan meliputi mereka dengan wujud yang tidak nyata

Dalam Bhagawadgita BAB IX Sloka 10 di sebutkan :
Maya dhyaksena prakritih
Suyate sacaracaram
Hetuna nena kaunteya
Jagad wipari wartate
Artinya :
Alam Semesta ini dibawah pengawasan prakertiKu
Menjadikan segala sesuatu yang bergerak dan yang tidak bergerak
Oh Kantiputra
Dengan ini dunia berputar
Maknanya :
Tuhan menciptakan Alam Semesta ini dengan prakerti Beliau. Dengan itu Beliau dapat menciptakan benda bergerak dan yang tidak bergerak, sehingga dunia ini berputar.

Dalam Bhagawadgita Sloka 11.32 di sebutkan :

Sri Bhagavan uvaca
Kalo smi loka ksaya krt pravrddho
Lokan samahartum iha pravrttah
Rte pi tvam na bhavisyanti sarve
Ye vasthitahpratyanikesu yodhah

Artinya :
Tuhan Yang Maha Esa bersabda : Aku adalah waktu, penghancur
Besar dunia-dunia, dan Aku datang kesini untuk menghancurkan
Semua orang, kecuali kalian (Para Pandawa), semua ksatria di sini
Dari kedua belah pihak akan terbunuh.

Maknanya :
Setiap orang yang berbuat baik dan berbakti kepada Tuhan, maka mereka akan terselamatkan dari bahaya. Dan jika sebaliknya, orang-orang yang berbuat jahat akan terbunuh pada saat terjadinya Pralaya (Kehancuran).
B.      Bhuana Alit
1.     Pengertian
Bhuwana alit sering juga disebut Mikrokosmos adalah alam kecil atau dunia kecil yaitu isi dari alam semesta, seperti; manusia, hewan dan tumbuhan.
Sapta nadi yang juga disebut “sapta segara” di bhuwana alit adalah :
segara susu (darah), segara asin (keringat), segara santen (cairan otak), segara madu (air ludah), segara empehan (air susu), segara banyu (air seni) dan segara amerta (air mani), sebagai tempat melebur atau membuang kecemaran pada jasad manusia.
Pancagiri di bhuwana alit : jantung arahnya di timur, hati arahnya di selatan, limpa arahnya di barat, empedu arahnya di utara, kumpulan hati (paunduhan hati) arahnya di tengah.
Bhuwana alit juga dibagi 9 penjuru dengan wijaksara serta dewanya yang sama dengan di bhuwana agung. Adapun hubungan perhubungannya sebagai berikut :
1. Penjuru timur, Dewanya Iswara, wijaksara SA, tempatnya di bhuwana alit adalah jantung.
2. Penjuru tenggara, Dewanya Maheswara, wijaksara NA, tempatnya di bhuwana alit adalah paru-     paru. 
3. Penjuru selatan, Dewanya Brahma, wijaksara BA, tempatnya dibhuwana alit adalah hati.
4. Penjuru barat-daya, Dewanya Rudra, wijaksara MA, tempatnya di bhuwana alit adalah limpa.
5. Penjuru barat, Dewanya Mahadewa, wijaksara TA, tempatnya di bhuwana alit adalah   jajaringan. 
6. Penjuru barat-laut, Dewanya Sangkara, wijaksara CI, tempatnya di bhuwana alit adalah ungsilan.
7. Penjuru utara, Dewanya Wianu, wijaksara A, tempatnya di bhuwana alit adalah empedu.
8. Penjuru timur-laut, Dewanya Sambhu, wijaksara WA, tempatnya di bhuwana alit adalah ineban.
9. Penjuru tengah, Dewanya Ciwa, wijaksara I (dibawah) dan YA (diatas), tempatnya di bhuwana alit adalah otak. 

Sepuluh huruf suci itu terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok “Pancabrahma” terdiri dari huruf suci SA-BA-TA-A-I dan kelompok “pancakasara” terdiri dari huruf suci NA-MA-CI-WA-YA. Keseluruhannya disebut wijaksara Dasaksara dan ini dinamai pula aksara “urip bhuwana”.

2.     Unsur-unsur Pembentuk Bhuana Alit
Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit diciptakan oleh pencipta tunggal yaitu Tuhan yang menciptakan purusa dan prakrti. Pada diri manusia unsur purusa itu menjadi Jiwatma (Suksma Sarira atau Lingga Sarira), sedangkan unsur prakerti menjadi badan kasar (Sthula Sarira).
·        Suksma Sarira terjadi pada Budhi, Manas dan Ahamkara yang disebut juga Tri Antah Karana yang artinya “tiga penyebab akhir”.
Masing – masing bagian dari Tri Antah Karana memiliki fungsi :
a. Budhi, fungsinya untuk menentukan keputusan.
b. Manas,fungsinya untuk berpikir.
c. Ahamkara, fungsinya untuk merasakan dan bertindak.
Tri Antah Karana merupakan alat batin manusia yang menentukan watak dan pikiran manusia. Pikiran inilah yang bersumber dari Dasa Indriya yang artinya sepuluh indriya. Dasa Indriya ini dikelompokkan menjadi 2 bagian antara lain:
a. Panca Budhindriya, yaitu 5 macam indriya yang berfungsi untuk mengetahui sesuatu. Terdiri dari :
1)      Caksuindriya yaitu indriya pada mata yang berfungsi untuk melihat.
2)      Srotendriya yaitu indriya pada telinga yang berfungsi untuk mendengar.
3)      Ghranendriya yaitu indriya pada hidung yang berfungsi untuk mencium bau.
4)      Jihwendriya yaitu indriya pada lidah yang berfungsi untuk mengecap rasa.
5)      Twakindriya yaitu indriya pada kulit yang berfungsi untuk alat peraba.
b.      Panca Karmendriya, yaitu 5 macam indriya yang berfungsi untuk melakukan sesuatu.
Terdiri dari :
1)      Panindriya yaitu indriya pada tangan.
2)      Padendriya yaitu indriya pada kaki.
3)      Garbhendriya yaitu indriya pada perut.
4)      Upasthendriya / Bhagendriya yaitu indriya pada kelamin laki – laki dan wanita.
5)      Payuindriya yaitu indriya pada pelepasan anus.
Panca Budhindriya dan Panca Karmendriya tersebut terjadi karena Ahamkara yang mendapat pengaruh dari Guna Satwa.
Sthula Sarira terjadi akibat dari Panca Tanmatra yang berevolusi. Sedangkan, Panca Tanmatra terjadi sebagai akibat dari Ahangkara yang mendapat pengaruh dari Guna Tamas. Unsur – unsur dari Panca Tan Matra yaitu :
a. Sabda Tanmatra (bekas – bekas suara)
b. Sparsa Tanmatra (bekas – bekas rasa yang berasal dari sentuhan)
c. Rupa Tanmatra (bekas – bekas cahaya)
d. Rasa Tanmatra (bekas – bekas rasa yang pernah dikecap)
e. Gandha Tanmatra (bekas – bekas bau)

Unsur – unsur yang ada diatas tersebut selanjutnya mengalami evolusi yaitu:
a. Sabda Tanmatra dapat berubah menjadi akasa (ether). Dalam tubuh manusia berwujud segala rongga, misalnya rongga dada, mulut dan lainnya. Fungsi akasa ini yaitu untuk memunculkan perasaan marah, malu, kagum, dan nafsu birahi dalam diri manusia.
b. Sparsa Tanmatra dapat berubah bentuk menjadi bayu. Yang dalam tubuh manusia dapat berupa nafas atau udara. Fungsi bayu adalah sebagai tenaga penggerak manusia untuk melakukan kegiatan.
c. Rupa Tanmatra dapat berubah bentuk menjadi teja, yang berwujud zat atau sesuatu yang panas dalam tubuh manusia. Fungsi teja yaitu untuk memunculkan rasa mengantuk, rasa lapar, rasa marah, dan lainnya.
d. Rasa Tanmatra dapat berubah bentuk menjadi apah. Apah ini dalam tubuh manusia berwujud darah, lemak, empedu, dan segala yang bersifat cair.
e. Gandha Tanmatra dapat berubah menjadi perthiwi, yaitu zat padat yang ada dalam tubuh manusia yang meliputi tulang, urat, kulit, kuku dan lainnya.

Unsur lain pembentuk Bhuwana Alit (manusia)
A.    Terkait dengan keberadaan Sthula Sarira antara lain :
1.      Sad Kosa (6 lapis pembungkus badan kasar manusia)
Yang terdiri dari :
a.       Asti/ tawulan yaitu tulang manusia
b.      Odwad yaitu otot pada manusia
c.       Mamsa yaitu daging
d.      Rudhira yaitu darah dan
e.       Carma yaitu kulit

2.      Dasa Bayu (10 macam udara dalam badan manusia)
Yang terdiri dari :
a. Prana, adalah udara yang terdapat dalam paru – paru
b. Samana, adalah udara yang terdapat dalam organ pencernaan
c. Apana, adalah udara yang terdapat pada bagian belakang/pantat manusia
d. Udana, adalah udara yang terdapat pada kerongkongan
e. Byana, adalah udara yang menyebar ke seluruh tubuh
f. Naga, adalah udara yang terdapat pada perut disaat mengempis
g. Kumara, adalah udara yang keluar dari badan, tangan, dan jari – jari
h. Krakara, adalah udara yang keluar pada saat bersin
i. Dewadatta, adalah udara yang keluar saat kita menguap
j. Dananjaya, adalah udara yang member makan pada badan
B.     Terkait dengan Suksma Sarira atau badan halus manusia
Yaitu 5 macam unsur pembungkus suksma sarira atau disebut dengan Panca Mayakosa yang terdiri dari :
a.
  Anamaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari sari makanan
b.      Pranamaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari sari nafas
c.       Wijnanamaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari sari pengetahuan
d.      Manomaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari kebahagiaan.
e.       Anandamaya Kosa yaitu unsure pembungkus yang berasal dari kebahagiaan

3.      Asal mula atau proses penciptaan bhuwana alit
Bhuwana alit adalah bagian dari bhuwana agung, oleh karena itu proses penciptaan sama termasuk unsur-unsur pembentukannya. Hanya saja ada perbedaan perkembangan penciptaannya sesuai perimbangan triguna.
Setelah tercipta Brahmanda-brahmanda termasuk bumi maka selanjutnya diciptakanlah mahluk hidup yang berawal dari mahluk hidup yang terrendah sampai dengan mahluk hidup yang tertinggi.
Dari proses penciptaan Purusa dan prakirti dengan unsur-unsurnya sampai panca maha bhuta, dengan sifat tamas yang mendominasi terciptalah kelompok Eka Pramana atau tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya jika semua unsur penciptaan tersebut lebih banyak guna rajas maka terciptalah kelompok Dwi Pramana atau hewan/ binatang. Terakhir dengan perimbangan satwam, rajas, tamas yang sesuai dan seimbang tercipta Kelompok Tri Pramana atau manusia.
a.       Kelompok Eka Pramana
Yaitu mahluk hidup yang hanya memiliki satu kekuatan dalam hidupnya yaitu Bayu. Mahluk hidup ini juga dikenal dengan nama Sthawara yaitu mahluk hidup yang tidak berpindah-pindah seperti tumbuhan.
Termasuk dalam golongan Sthawara adalah :
1.      Trna yaitu bangsa rumput baik yang hidup di air maupun di darat.
2.      Lata adalah tumbuhan menjalar di tanah atau di pohon.
3.      Taru yaitu semak dan pepohonan.
4.      Gulma adalah bangsa tumbuhan yang bagian luar pohon berkayu keras dan bagian dalam berongga atau kosong.
5.      Jangama yaitu tumbuhan yang hidupnya menumpang pada pohon lain.
b.      Kelompok Dwi Pramana
Adalah mahluk hidup yang memiliki dua kekuatan hidup yaitu Bayu dan Sabda. Mahluk ini dikenal dengan nama Satwa atau Sato..
Adapun yang tergolong dalam Sato adalah :
1.      Swedaya yaitu binatang bersel Satu.
2.      Andaya yaitu binatang bertelur.
3.      Jarayuja yaitu binatang menyusui.
      1. Kelompok Tri Pramana
        Adalah mahluk hidup yang memiliki tiga kekuatan hidup yaitu; Bayu, Sabda dan Idep. Mahluk ini disebut juga Manusya.
        Bayu adalah kekuatan nafas, Sabda adalah kekuatan suara dan Idep kekuatan pikiran. Diantara mahluk hidup hanya manusialah yang memiliki semua unsur ciptaan Tuhan secara lengkap. Baik unsur terhalus sampai unsur paling kasar.Yang membedakan antara manusia yang satu dengan yang lain adalah komposisi dan perimbangan unsur-unsur pembentukannya serta karmawasana yang telah dibentuknya.
        Manusia dapat diklasifikasikan menjadi :
1.            Nara Marga : manusia binatang, sudah memiliki pola piker manusia tapi tubuhnya masih berupa binatang. Contohnya Narasinga (manusia berkepala singa)
2.            Wamana : manusia kerdil
3.            Jatma Manusya : manusia sempurnaSelain jenis manusia di atas, terdapat juga jenis manusia lainnya berdasarkan sifat dan jenis kelaminnya, yaitu :
Berdasarkan jenis kelamin:
1.            Manusia laki-laki (purusa)
2.            Manusia perempuan (pradana)
3.            Manusia banci (berjenis kelamin laki-laki namun bersifat perempuan)
Manusia disebut sebagai makhluk tertinggi, kelahirannya mengalami proses yang panjang. Dijelaskan bayi yang berada di kandungan terwujud akibat pertemuan Kama Petak (disebut Sukla, sel laki-laki yang disimbolkan dengan Sang Hyang Smara) dengan Kama Bang (disebut Swanita, sel perempuan yang disimbolkan dengan Dewi Ratih). Lontar Anggastyaprana menjelaskan pertemuan Kama Petaka dan Kama Bang disebut Sang Ajursulang. Luluhnya pertemuan tersebut disebut Sang Bubur Rumaket, pada saat itulah dating Sang Hyang Nilakanta menganugerahkan berkah bagaikan telur yang disebut Sang Antigajati atau Manik. Manik masuk ke dalam Garbha Pradhana (perut ibu) dan akhirnya mengendap dalam Kunda Cacupu Manik atau Iwapadha atau Mula Dhara (rahim). Selanjutnya Manik mengalami pertumbuhan dan kemudian lahir sebagai bayi (Bhuwana Alit).
4.            Proses Pralaya Bhuana Alit
Pada waktu kiamat (Maha Pralaya) lenyaplah keempat unsur benda dunia, hawa, dan langit. Tujuh lapisan dunia lenyap bersama dewatanya,karena api pemusnah Rudra(kodrat untuk melenyapkan),Brahma (kodrat untuk menciptakan), Visnu (kodrat untuk memelihara) alam semesta,matahari,bulan,bintang semuanya hilang musnah.
Gambaran waktu terjadinya parlaya dapat dinyatakan sbb : Bermula dari hancurnya ikatan kesatuan api atau matahari “teja” lalu menyebar ke seluruh ruangan besar yang mengakibatkan udara menjadi panas dan terus membara, air yang ada menjadi menguap dan habis. Dengan tidak adanya air, makhluk hidup mati. Panca Maha Bhuta kembali menjadi atom –atom.

5.            Sloka Penciptaan dan Pralaya Bhuana Alit
a)      Kitab Manawa Dharma Sastra 1.9
“So’bhidhayaya carirat swatsisrksur wiwidhah prajah, apa ewasa sarja dan tasu bija mawa bijat
Artinya: Ya Tuhan yang menciptakan dari dirinya sendiri semua makhluk hidup yang beraneka ragam, mula-mula dengan pikirannya, terciptalah air dan dan meletakkan benih-benih kehidupan pada air itu.
b)      Kitab Bhagawad Gita XIV.3
“Mama yonir mahad brahma, tasmin garbham dadhamy aham sambhavah’sarwabhutanam tato bhavati bharata”
Artinya: KandunganKu adalah Brahma Yang Esa di dalamnya Aku letakkan benih dan dari sanalah terlahir semua makhluk, wahai Bharata.
c)       Kitab Manawa Dharma Sastra 1.41
“Ewwametairidam sarwam manniyoganmahatmabhih yathakarma tapoyogatsrstam sthawarajabggamam”
Artinya : Demikianlah semua ciptaan, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, diciptakan oleh mereka yang Maha Atma dengan kekuatan tapanya, semuanya atas perintah-Ku dan menurut hasil daripada perbuatannya.
d)      Kitab Bhagawadgita III. 24.
Utsideyur ime loka, na kuryam ced aham, sankarasya ca karta syam, upahanyam imam prajah”
Artinya :
Jika aku berhenti bekerja, dunia ini akan hancur lebur dan aku jadi pencipta keruntuhan memunashkan

3 komentar: