Sabtu, 10 November 2012

Siwaratri


[ Pengertian:
     Siwaratri terdiri dari kata Siwa dan Ratri. Siwa artinya manifestasi Sang Hyang Widhi sebagai pelebur atau pralina dan Ratri berarti malam. Jadi, Siwaratri artinya malam Dewa Siwa atau malam renungan suci dimana yang beryoga pada hari itu adalah Sang Hyang Siwa sebagai pengatur dan penguasa alam semesta.
     Hari Siwalatri diperingati setiap 1 Tahun sekali, tepatnya sehari sebelum tilem sasih kapitu (purwaning tilem kapitu). Kenapa jatuhnya pada purwaning Tilem Kapitu? Karena saat itu merupakan hari yang paling gelap dalam 1 tahun dan merupakan lambang/simbol dari Sapta Timira (Sura, Kasuran, Dana, Surupa, Kulina, Yowana, Guna).
[ Latar belakang :           
     Cerita yang berkaitan erat dengan hari Siwaratri adalah cerita Lubdaka yang dikarang oleh Mpu Tanakung yang termuat dalam kakawin Siwa Ratri Kalpa sebagai berikut:
     Diceritakan seorang pemburu yang bernama Lubdaka tinggal di puncak gunung yang indah. Pekerjaan Lubdaka sehari- hari adalah berburu binatang ke hutan, membunuh harimau, singa, burung, babi hutan, gajah serta semua binatang yang ditemui diburunya. Pada suatu hari yaitu hari panglong ke 14 kapitu, pagi- pagi ia telah meninggalkan rumahnya untuk berburu.
     Sudah sehari penuh dia menyusuri hutan rimba dan lembah- lembah tak memperoleh satupun binatang buruan. Ketika si Lubdaka sudah jauh dari rumahnya, hari telah menjelang malam. Karena hari sudah mulai gelap, dan takut disergap binatang buas, ia menuju ke suatu telaga dan di tepi telaga itulah ia berhenti. Dan karena hari sudah sangat gelap, Lubdaka takut tinggal di bawah lalu ia memanjat pohon bila yang ada di tepi telaga tersebut. Tidur di atas daan juga Lubdaka tidak berani, takut kalau jatuh. Untuk menghilangkan ngantuknya dipetik daun bila itu dan dijatuhkan ke telaga.
     Dalam telaga itu ada sebuah Lingga yang tidak diketahuinya. Lingga itu adalah lingganya Dewa Siwa atau perwujudan lambang Siwa. Kebetulan malam itu adalah malam yang baik untuk memuja Dewa Siwa.
     Keesokan harinya, Lubdaka pulang ke rumah dengan tngan hampa. Hari- hari berikutnya kembalilah ia memburu binatang untuk penghidupannya.
     Pada suatu ketika, Lubdaka jatuh sakit. Sakitnya makin parah dan ia menemui ajalnya. Setelah ia mati, atmanya mengalami kebingungan dan kegelapan karena semasa hidupnya pekerjaannya senantiasa membunuh binatang. Dewa Siwa mengetahui hal itu dan mengenal Lubdaka karena dahulu pernah memujanya saat malam Siwaratri. Dewa Siwa mengutus abdinya yaitu Watek Gana untuk menjemput atmanya Lubdaka ke Siwaloka. Saat itu datang pula laskar Yamadipati sebagai penguasa neraka.
     Setelah didahului dengan perselisihan, maka terjadilah peperangan hebat antara laskar Dewa Siwa dan laskar Dewa Yamadipati memperebutkan atma si Lubdaka.
Dalam peperangan itu, laskar Dewa Siwa menang dan atma si Lubdaka dibawa ke Siwaloka dan diberikan tempat yang baik.

     Sebenarnya dalam kisah lubdaka ini terkandung sebuah makna filsafat yang sangat mendalam. Dalam kata Lubdaka sendiri sebenarnya memiliki arti pemburu. Lubdaka ini menyimbolkan manusia yang merupakan seorang pemburu dalam banyak hal, seperti pemburu harta, pemburu ilmu, pemburu wanita, pemburu spiritualitas, dll. Di cerita ini juga Lubdaka dikatakan berburu hanya menggunakan panah yang sesungguhnya memiliki arti Manah (panah–>manah), dimana pikiran merupakan suatu sarana terpenting guna mencapai hal yang diburu. Apa yang diburu? ada 3 hewan yang diburu Lubdaka yang anehnya ketiga hewan tersebut sulit dibunuh dengan panah. Hewan tersebut adalah gajah (Asti), Babi Hutan (Waraha/warak dibaca Uaraha/Uarak) dan Macan (Macan). Apabila kita mengambil hurup depannya saja maka yang diburu sebenarnya adalah A-U-M (OM) yang merupakan lafal suci Ida Sang Hyang Widhi. Lubdaka juga berburu melewati Hutan dan Gunung. Gunung merupakan acala atau linggam yang merupakan simbol Siwa, jadi Lubdaka difilsafatkan seseorang yang ingin ke jalan Tuhan.
[ Pelaksanaan:
Adapun brata Siwalatri yang patut kita laksanakan yaitu :
- Jagra artinya melek (begadang semalam suntuk)
- Mona artinya tidak boleh berbicara
- Upawasa artinya tidak boleh makan dan minum
      Dalam pelaksanaanya, boleh kita memilih salah satu brata diatas atau semuanya sekaligus, sangat disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan kita masing-masing dan dilaksanakan selama 36 jam.
[ Makna Siwaratri :
Makna dari hari raya Siwaratri ialah menenangkan pikiran serta menjauhkan diri dari hal- hal yang buruk dan mampu merenungkan perbuatan- perbuatan yang pernah kita lakukan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan buruk yang pernah kita lakukan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar