[ Pengertian:
Siwaratri
terdiri dari kata Siwa dan Ratri. Siwa artinya manifestasi Sang Hyang Widhi
sebagai pelebur atau pralina dan Ratri berarti malam. Jadi, Siwaratri artinya
malam Dewa Siwa atau malam renungan suci dimana yang beryoga pada hari itu
adalah Sang Hyang Siwa sebagai pengatur dan penguasa alam semesta.
Hari Siwalatri
diperingati setiap 1 Tahun sekali, tepatnya sehari sebelum tilem sasih kapitu
(purwaning tilem kapitu). Kenapa
jatuhnya pada purwaning Tilem Kapitu? Karena saat itu merupakan hari yang
paling gelap dalam 1 tahun dan merupakan lambang/simbol dari Sapta Timira (Sura,
Kasuran, Dana, Surupa, Kulina, Yowana, Guna).
[ Latar belakang :
Cerita yang berkaitan erat dengan hari Siwaratri adalah cerita
Lubdaka yang dikarang oleh Mpu Tanakung yang termuat dalam kakawin Siwa Ratri
Kalpa sebagai berikut:
Diceritakan seorang pemburu yang bernama
Lubdaka tinggal di puncak gunung yang indah. Pekerjaan Lubdaka sehari- hari
adalah berburu binatang ke hutan, membunuh harimau, singa, burung, babi hutan,
gajah serta semua binatang yang ditemui diburunya. Pada suatu hari yaitu hari
panglong ke 14 kapitu, pagi- pagi ia telah meninggalkan rumahnya untuk berburu.
Sudah sehari penuh dia menyusuri hutan
rimba dan lembah- lembah tak memperoleh satupun binatang buruan. Ketika si
Lubdaka sudah jauh dari rumahnya, hari telah menjelang malam. Karena hari sudah
mulai gelap, dan takut disergap binatang buas, ia menuju ke suatu telaga dan di
tepi telaga itulah ia berhenti. Dan karena hari sudah sangat gelap, Lubdaka
takut tinggal di bawah lalu ia memanjat pohon bila yang ada di tepi telaga
tersebut. Tidur di atas daan juga Lubdaka tidak berani, takut kalau jatuh.
Untuk menghilangkan ngantuknya dipetik daun bila itu dan dijatuhkan ke telaga.
Dalam telaga itu ada sebuah Lingga yang
tidak diketahuinya. Lingga itu adalah lingganya Dewa Siwa atau perwujudan lambang
Siwa. Kebetulan malam itu adalah malam yang baik untuk memuja Dewa Siwa.
Keesokan harinya, Lubdaka pulang ke rumah
dengan tngan hampa. Hari- hari berikutnya kembalilah ia memburu binatang untuk
penghidupannya.
Pada suatu ketika, Lubdaka jatuh sakit.
Sakitnya makin parah dan ia menemui ajalnya. Setelah ia mati, atmanya mengalami
kebingungan dan kegelapan karena semasa hidupnya pekerjaannya senantiasa
membunuh binatang. Dewa Siwa mengetahui hal itu dan mengenal Lubdaka karena
dahulu pernah memujanya saat malam Siwaratri. Dewa Siwa mengutus abdinya yaitu
Watek Gana untuk menjemput atmanya Lubdaka ke Siwaloka. Saat itu datang pula
laskar Yamadipati sebagai penguasa neraka.
Setelah didahului dengan perselisihan, maka
terjadilah peperangan hebat antara laskar Dewa Siwa dan laskar Dewa Yamadipati
memperebutkan atma si Lubdaka.
Dalam peperangan itu,
laskar Dewa Siwa menang dan atma si Lubdaka dibawa ke Siwaloka dan diberikan
tempat yang baik.
Sebenarnya dalam kisah lubdaka ini terkandung sebuah makna
filsafat yang sangat mendalam. Dalam kata Lubdaka sendiri sebenarnya memiliki
arti pemburu. Lubdaka ini menyimbolkan manusia yang merupakan seorang pemburu
dalam banyak hal, seperti pemburu harta, pemburu ilmu, pemburu wanita, pemburu
spiritualitas, dll. Di cerita ini juga Lubdaka dikatakan berburu hanya
menggunakan panah yang sesungguhnya memiliki arti Manah (panah–>manah),
dimana pikiran merupakan suatu sarana terpenting guna mencapai hal yang diburu.
Apa yang diburu? ada 3 hewan yang diburu Lubdaka yang anehnya ketiga hewan
tersebut sulit dibunuh dengan panah. Hewan tersebut adalah gajah (Asti), Babi
Hutan (Waraha/warak dibaca Uaraha/Uarak) dan Macan (Macan). Apabila kita
mengambil hurup depannya saja maka yang diburu sebenarnya adalah A-U-M (OM)
yang merupakan lafal suci Ida Sang Hyang Widhi. Lubdaka juga berburu melewati
Hutan dan Gunung. Gunung merupakan acala atau linggam yang merupakan simbol
Siwa, jadi Lubdaka difilsafatkan seseorang yang ingin ke jalan Tuhan.
[ Pelaksanaan:
Adapun brata Siwalatri
yang patut kita laksanakan yaitu :
- Jagra artinya melek (begadang semalam suntuk)
- Mona artinya tidak boleh berbicara
- Upawasa artinya tidak boleh makan dan minum
Dalam pelaksanaanya, boleh kita memilih salah satu brata diatas atau semuanya sekaligus, sangat disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan kita masing-masing dan dilaksanakan selama 36 jam.
- Jagra artinya melek (begadang semalam suntuk)
- Mona artinya tidak boleh berbicara
- Upawasa artinya tidak boleh makan dan minum
Dalam pelaksanaanya, boleh kita memilih salah satu brata diatas atau semuanya sekaligus, sangat disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan kita masing-masing dan dilaksanakan selama 36 jam.
[ Makna Siwaratri :
Makna dari hari raya Siwaratri ialah menenangkan pikiran serta menjauhkan diri dari hal- hal yang buruk dan mampu merenungkan perbuatan- perbuatan yang pernah kita lakukan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan buruk yang pernah kita lakukan.
Makna dari hari raya Siwaratri ialah menenangkan pikiran serta menjauhkan diri dari hal- hal yang buruk dan mampu merenungkan perbuatan- perbuatan yang pernah kita lakukan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan buruk yang pernah kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar